| 0 Komentar | Eka Budaya | Moch. Latif Faidah

Card Image

Hari itu, selepas diskusi ringan nan renyah bersama tetangga, kami menuju pulang ke kantor melewati beberapa pekarangan rumah. Langkah kami terhenti tepat di depan pekarangan yang sudah lama tidak terawat. Kami melihat anak-anak riang gembira menikmati dunia masa kecilnya, mereka bermain karet bersama. Sambil menatap, kami coba menyapa untuk berkenalan. Kami teringat, kalau di genggaman tangan ada poster kontes lukis anak untuk usia mereka. Dengan spontan kami berikan satu persatu dan alangkah senangnya ketika melihat antusias mereka berebut mengambil poster itu.

Oia, selama satu bulan terakhir, kami tim Eka Budaya di Karya Eka Nala fokus mendukung kegiatan Kontes Lukis Anak Nasional 2020 yang diinisiasi Tlatah Bocah, Rumah Alumni UGM, Kagama Care, dan ALPAD 88. Selain mendukung dalam hal penyediaan teknologi, kami ikut meramaikan kontes ini dengan berbagai konten yang dipublikasikan di media sosial juga mengajak anak-anak di beberapa daerah untuk ikut berpartisipasi, salah satunya di Desa Mekarwangi, Kec. Lembang.

Anak-anak Selalu Memiliki Kejutan

Di era digital ini, bukan hal asing jika anak-anak akrab dengan gawai dan internet. Begitu pun bagi mereka, anak-anak Desa Mekarwangi. Satu jam setelah poster dibagikan, ada pesan masuk ke nomor whatsapp narahubung yang tertera, ternyata dari salah satu anak yang mendapat poster tadi. Anak tersebut berinisiatif membuat grup Kontes Lukis kemudian mengundang beberapa temannya. Kami tercengang sekaligus terkagum-kagum, karena selain inisiatif tadi ia mengimbau kepada seluruh penghuni agar “jangan bilang kasar”dan “jangan keluar tanpa alasan” melalui deskripsi grup. Hal ini menunjukkan bahwa mereka sadar akan etika yang harus diterapkan ketika ada dalam sebuah grup. Satu hal yang selalu dikampanyekan bahwa etika di dunia maya sama halnya ketika kita hidup di dunia nyata. Kami bersyukur, selain mereka aktif menggunakan gawai dan mengakses internet, mereka paham bagaimana cara berselancar di dunia digital. Anak-anak memang selalu memiliki kejutan dengan caranya sendiri.

Berkarya Bersama

Sore itu, grup sangat ramai oleh pesan anak-anak. Banyak pertanyaan masuk mulai dari jenis kertas yang digunakan, melukis dengan alat apa, kapan dikumpulkan, dan lain sebagainya. Antusias mereka membuat kami tidak ingin melewatkan momen interaktif hanya di dunia maya. Kami mencoba mengajak mereka untuk melukis bersama tepat di pekarangan awal mula kami bertemu.

Keesokan harinya, selepas ibadah Jumat kami bergegas. Cuaca siang sangat terang, semilir angin yang menyejukkan mengantar kami segera tiba menemui anak-anak. Mereka sudah menunggu dan menyapa riang ketika kami datang. Tidak memakan waktu lama, kami membagikan kertas gambar ukuran A3 dan mengeluarkan pensil warna yang boleh mereka pinjam. Anak-anak bergegas mencari di mana tempat yang nyaman untuk mereka melukis. Ada yang duduk di bawah pohon, ada juga yang menepi ke halaman bengkel kosong. Sesekali kami perhatikan bagaimana mereka melukis. Imajinasi mereka melompat-lompat girang setelah beberapa bulan terakhir tersekat di sekitaran rumah. Pandemi mengajarkan betapa pentingnya berteman dengan alam sekitar, bercengkerama bersama keluarga juga teman-teman, juga tetap berkarya dengan cara kita sendiri. Kita mesti tetap sabar dan tenang, sebab semesta tak akan pernah usai menemani langkah kita. [LTF]



0 komentar

Leave a Reply